Pooh

Thursday, October 15, 2015

Kasus Pembunuhan Yang Terjadi Karena Bermain Game Dota 2

Baru-baru ini pemerintah Filipina dikabarkan melakukan pelarangan game Dota 2 di negaranya. Pelarangan ini cukup beralasan mengingat tingginya jumlah keributan yang disebabkan adanya game ini di negara tersebut. Tidak hanya keributan, para gamers yang tidak patut di contoh ini pun membuat tindakan pembunuhan hanya karena bermain Dota. Untuk lebih lengkapnya, berikut ini beberapa kasus pembunuhan yang terjadi karena game Dota:

1. Seorang Remaja Tega Membunuh Teman Sendiri hanya Karena Item Dota 2
Kasus yang terjadi di negara Filipina ini memang sangatlah sadis. Hanya karena item Dota 2 saja, pemuda berumur 16 tahun ini tega membunuh anak yang masih berusia 11 tahun. Kabarnya korban telah berhasil mencuri item Dota 2 dari sang tersangka dengan cara hacking

2. Anak Ini Tega Bunuh Ibunya Sendiri Hanya Karena Dota 2
Ilustrasi Bermain Game Dota
Kasus yang terjadi di Cina ini memang sangatlah kejam. Gamers ini tega membunuh Ibunya sendiri hanya karena ditegur untuk berhenti bermain Dota 2. Setelah membunuh dan melihat ibunya terkapar tidak berdaya, gamers ini dengan teganya masih sempat untuk bermain game dan seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

3. Seorang Gamers Bunuh Neneknya Hanya Karena Ditegur Saat Main Dota 2
Kasus pembunuhan terulang kembali di negara Filipina. Setelah menelan korban anak berumur 11 tahun, kali ini korbannya seorang lansia yang merupakan nenek kandung dari gamer tersebut. Kabarnya gamer ini tega membunuh neneknya sendiri hanya karena di tegur saat asik bermain Dota2 di warnet. Setelah sampai dirumah, gamer ini pun pun tega memukul neneknya sendiri hingga tewas seketika. 

Pedagang Gorengan Keliling Yang Sukses Menjadi Pengusaha Siomai

Terlahir dari keluarga pedagang membuat Rijal Ahmadi (40) tak canggung berjualan semenjak lulus SMK pada tahun 1980. Riwayat dagang diwarnai dengan beraneka jenis barang, mulai dari jualan gorengan  keliling, berdagang pakaian di pasar atas , menjual es batu hingga siomai dengan gerobak dorong menyusuri jalanan di Kota Bukittinggi.
Sebagai penjual gorengan kala itu, ia sempat memiliki 4 warung yang tiap pagi diloperi dengan omzet Rp 15 ribu per hari. “Jika dinalar uang segitu jelas tindak cukup untuk hidup berumah tangga. Bahkan untuk makan, kami prihatin. Hampir setahun kami bela-belain puasa Senin-Kamis dengan maksud hemat. Makan juga cukup dengan sayur bening dan lauk krupuk,” kenang Rijal menggambarkan masa-masa sulitnya.
Sebelum berhenti jualan gorengan, Rijal sempat pindah dari rumah kontrakan ke rumah mertua satunya yang berdekatan sekolah SMPN 7 Bukittinggi. Di sana, berdasarkan informasi rekan-rekan pedagang kaki lima, ia menangkap adanya peluang usaha. Ternyata warung es teler di seputar SMP 7 kerap kesulitan mencari es batu. Naluri bisnis Rijal tanggap. Dan kebetulan juga saat itu, ada temannya yang membutuhkan uang cepat dengan menjual kulkas. Maka, berbekal tabungan istri Rp 600 ribu, Rijal memborong 2 kulkas lengkap dengan para pelanggan pemilik sebelumnya, dan akhirnya RIjal memulai babak baru dengan berjualan es batu. Peruntungan RIjal mulai merambat naik, bahkan ia mampu menambah 9 unit kulkas second hand. Namun sayang, di saat bisnis es batu milik Rijal sedang naik daun, pelanggannya berangsur-angsur berkurang. Mereka mulai membeli kulkas sendiri untuk membuat es batu sendiri. Rijal harus tunduk pada kenyataan. Permintaan mulai sepi, tarif listrik naik plus sebagian kulkasnya mulai rusak.
Babak kehidupan ekonomi Rijal berikutnya pun beralih haluan. Dari jualan es batu, beralih menjual lontong gerobakan (dijajakan dengan gerobak) mangkal di depan SMPN 2 Bukittinggi . Saat itu masih tahun 2001 awal. Namun, jualan lontong ternyata jauh dari yang diharapkannya. Dia pun memutuskan untuk ganti dagangan. Pilihannya jatuh pada jualan es teler dengan jualan masih sama, yakni gerobak dorong. Hampir 6 bulan lamanya Rijal gigih mendorong gerobak es teler. Tempat mangkal favoritnya adalah di depan SMAN 3 Bukittinggi.
Laris berjualan es teler, tak membuat Rijal puas. Ia ingin merambah jualan siomai. Ia pun mulai meminta resep cara membuat siomai kepada temannya. “Khusus kepada teman saya yang satu ini, saya harus berterima kasih. Meski ada resep yang dirahasiakan olehnya sehingga olahan siomai saya tidak sempurna, namun rupanya hal ini yang membuat usaha saya dikenal luas,” ujar Rijal. Dalam bekerja, Rijal tak memikirkan hasil. Ia berusaha untuk tak kenal menyerah dan mencoba. Awalnya, siomai bikinannya tak laku. Namun, ia terus berupaya agar siomai olahannya diminati pembeli. Pelan tapi pasti siomainya kian laris. Meski masih gerobakan namun bisa habis terjual 30 – 50 porsi. Di tengah ramainya jualan siomai, kendala kembali muncul. Kali ini lapak dan gerobaknya terkena razia Satpol PP karena menampati trotoar depan SMAN 3 Bukittinggi. Akhirnya RIjal mencoba untuk menyewa lokasi tak jauh dari tempat itu, untuk selanjutnya berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
Setelah melewati masa berjualan gerobak dan berpindah-pindah kios, maka pada tahun 2008, Rijal merasa harus mengambil keputusan besar. Butuh keberanian ekstra dan juga kenekatan ketika ia memutuskan beralih usaha dari tukang siomai gerobak, yang lantas berani menyewa kios seharga jutaan rupiah. Bahkan kemudian berani pinjam bank sebesar Rp 180 juta untuk membeli tanah dan membangun kios permanen di Sudirman, Bukittinggi, dengan nama warung “Siomai Rijal”.
Berbekal perjuangan panjang tak putus-putus dengan lelehan keringat pada akhirnya kini menuai kesuksesan. Pinjaman dari Bank tersebut akhirnya lunas dalam waktu 4 tahun. Bahkan ia kembali mengambil kredit KPR senilai Rp 400 juta untuk rumah pribadi dan warung “Siomai Rijal 2” di jalan Batang masang. Sementara 1 kios lagi masih mengontrak di daerah Padang Luar. Warung siomai “Siomai Rijal” kini berjumlah 3 unit, dan mampu mendatangkan keuntungan yang lumayan menggiurkan. Rijal dapat meraup omzet hingga Rp 45 juta per bulan. Untuk terus bertahan dari ketatnya persaingan usaha kuliner, RIjal mengakui jika dirinya terus belajar. Termasuk jika ada seminar masak yang mendatangkan para chef terkemuka. “Meski membayar mahal saya berusaha untuk ikut serta,” pungkasnya.