Pooh

Thursday, October 15, 2015

Pedagang Gorengan Keliling Yang Sukses Menjadi Pengusaha Siomai

Terlahir dari keluarga pedagang membuat Rijal Ahmadi (40) tak canggung berjualan semenjak lulus SMK pada tahun 1980. Riwayat dagang diwarnai dengan beraneka jenis barang, mulai dari jualan gorengan  keliling, berdagang pakaian di pasar atas , menjual es batu hingga siomai dengan gerobak dorong menyusuri jalanan di Kota Bukittinggi.
Sebagai penjual gorengan kala itu, ia sempat memiliki 4 warung yang tiap pagi diloperi dengan omzet Rp 15 ribu per hari. “Jika dinalar uang segitu jelas tindak cukup untuk hidup berumah tangga. Bahkan untuk makan, kami prihatin. Hampir setahun kami bela-belain puasa Senin-Kamis dengan maksud hemat. Makan juga cukup dengan sayur bening dan lauk krupuk,” kenang Rijal menggambarkan masa-masa sulitnya.
Sebelum berhenti jualan gorengan, Rijal sempat pindah dari rumah kontrakan ke rumah mertua satunya yang berdekatan sekolah SMPN 7 Bukittinggi. Di sana, berdasarkan informasi rekan-rekan pedagang kaki lima, ia menangkap adanya peluang usaha. Ternyata warung es teler di seputar SMP 7 kerap kesulitan mencari es batu. Naluri bisnis Rijal tanggap. Dan kebetulan juga saat itu, ada temannya yang membutuhkan uang cepat dengan menjual kulkas. Maka, berbekal tabungan istri Rp 600 ribu, Rijal memborong 2 kulkas lengkap dengan para pelanggan pemilik sebelumnya, dan akhirnya RIjal memulai babak baru dengan berjualan es batu. Peruntungan RIjal mulai merambat naik, bahkan ia mampu menambah 9 unit kulkas second hand. Namun sayang, di saat bisnis es batu milik Rijal sedang naik daun, pelanggannya berangsur-angsur berkurang. Mereka mulai membeli kulkas sendiri untuk membuat es batu sendiri. Rijal harus tunduk pada kenyataan. Permintaan mulai sepi, tarif listrik naik plus sebagian kulkasnya mulai rusak.
Babak kehidupan ekonomi Rijal berikutnya pun beralih haluan. Dari jualan es batu, beralih menjual lontong gerobakan (dijajakan dengan gerobak) mangkal di depan SMPN 2 Bukittinggi . Saat itu masih tahun 2001 awal. Namun, jualan lontong ternyata jauh dari yang diharapkannya. Dia pun memutuskan untuk ganti dagangan. Pilihannya jatuh pada jualan es teler dengan jualan masih sama, yakni gerobak dorong. Hampir 6 bulan lamanya Rijal gigih mendorong gerobak es teler. Tempat mangkal favoritnya adalah di depan SMAN 3 Bukittinggi.
Laris berjualan es teler, tak membuat Rijal puas. Ia ingin merambah jualan siomai. Ia pun mulai meminta resep cara membuat siomai kepada temannya. “Khusus kepada teman saya yang satu ini, saya harus berterima kasih. Meski ada resep yang dirahasiakan olehnya sehingga olahan siomai saya tidak sempurna, namun rupanya hal ini yang membuat usaha saya dikenal luas,” ujar Rijal. Dalam bekerja, Rijal tak memikirkan hasil. Ia berusaha untuk tak kenal menyerah dan mencoba. Awalnya, siomai bikinannya tak laku. Namun, ia terus berupaya agar siomai olahannya diminati pembeli. Pelan tapi pasti siomainya kian laris. Meski masih gerobakan namun bisa habis terjual 30 – 50 porsi. Di tengah ramainya jualan siomai, kendala kembali muncul. Kali ini lapak dan gerobaknya terkena razia Satpol PP karena menampati trotoar depan SMAN 3 Bukittinggi. Akhirnya RIjal mencoba untuk menyewa lokasi tak jauh dari tempat itu, untuk selanjutnya berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
Setelah melewati masa berjualan gerobak dan berpindah-pindah kios, maka pada tahun 2008, Rijal merasa harus mengambil keputusan besar. Butuh keberanian ekstra dan juga kenekatan ketika ia memutuskan beralih usaha dari tukang siomai gerobak, yang lantas berani menyewa kios seharga jutaan rupiah. Bahkan kemudian berani pinjam bank sebesar Rp 180 juta untuk membeli tanah dan membangun kios permanen di Sudirman, Bukittinggi, dengan nama warung “Siomai Rijal”.
Berbekal perjuangan panjang tak putus-putus dengan lelehan keringat pada akhirnya kini menuai kesuksesan. Pinjaman dari Bank tersebut akhirnya lunas dalam waktu 4 tahun. Bahkan ia kembali mengambil kredit KPR senilai Rp 400 juta untuk rumah pribadi dan warung “Siomai Rijal 2” di jalan Batang masang. Sementara 1 kios lagi masih mengontrak di daerah Padang Luar. Warung siomai “Siomai Rijal” kini berjumlah 3 unit, dan mampu mendatangkan keuntungan yang lumayan menggiurkan. Rijal dapat meraup omzet hingga Rp 45 juta per bulan. Untuk terus bertahan dari ketatnya persaingan usaha kuliner, RIjal mengakui jika dirinya terus belajar. Termasuk jika ada seminar masak yang mendatangkan para chef terkemuka. “Meski membayar mahal saya berusaha untuk ikut serta,” pungkasnya.

No comments:

Post a Comment